Laman

Rabu, 18 Januari 2012

Kaki Diabetes dan Perawatan Kaki


A.    Epidemiologi

Meningkatnya prevalensi diabetes di dunia menyebabkan peningkatan kasus amputasi kaki karena komplikasi diabetes. Studi epidemiologi melaporkan lebih dari satu juta amputasi dilakukan pada penyandang diabetes setiap tahunnya. Ini berarti setiap 30 detik ada kasus amputasi karena diabetes di seluruh dunia. Dari semua amputasi tungkai bawah, 40-70% berkaitan dengan diabetes. Pada banyak studi, insiden amputasi tungkai bawah diperkirakan 5-25/100.000 orang/tahun. Sedangkan di antara penderita diabetes, jumlah diabetes yang diamputasi sebanyak 6-8/1000 orang. Mayoritas amputasi ini didahului ulkus kaki (Tambunan&Gultom. 2009. hlm 321).
Di negara maju kaki diabetes memang juga masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar, tetapi dengan kemajuan cara pengelolaan, dan adanya klinik kaki diabetes menjadi lebih baik. Angka kematian dan angka amputansi dapat ditekan sampai sangat rendah, menurun sebanyak 49 – 85% dari sebelumnya. Tahun 2005 International Diabetes Federation mengambil tema “Tahun Kaki Diabetes” mengingat pentingnya pengelolaan kaki diabetes untuk dikembangkan.
Di RSUPN dr. Cipto Mangunkusuma, masalah kaki diabetes masih merupakan masalah besar. Sebagian besar perawatan menyandang diabetes melitus selalu mengikuti kaki diabetes. Angka kematian dan angka amputasi  masih tinggi, masing - masing sebesar 16% dan  25% (data RSUPN dr. Cipto Mangunkusuma tahun 2003). Nasib para penyandang diabetes melitus pasca amputansi pun masih sangat buruk. Sebanyak 14,3%  akan meninggal  dalam  setahun  pasca  amputasi, dan sebanyak  37%  akan meninggal 3 tahun pasca amputasi (Waspadji. 2006. hlm 1933).


B.     Pengertian
Kaki Diabetes adalah kelainan tungkai kaki bawah akibat diabetes melitus yang tidak terkendali. Kelainan kaki diabetes melitus dapat disebabkan adanya gangguan pembuluh darah, gangguan persyarafan, dan adanya infeksi (Tambunan&Gultom. 2009. hlm 321).
Diabetic Foot Infection (DFI) merupakan suatu infeksi (kulit, jaringan otot, tulang) yang terjadi ada kaki seseorang, yang disebabkan oleh kerusakan sistim saraf dan vaskuler sebagai komplikasi Diabetes Melitus (Riyanto. 2007. hlm 155)
C.    Penyebab Kaki Diabetes
Umumnya kaki diabetik didahului dengan adanya ulkus (luka). Hanya sekitar dua pertiga dari ulkus yang dapat sembuh dengan cepat, sisanya berakhir dengan amputasi. Rata-rata diperlukan waktu sekitar enam bulan untuk penyembuhan luka. Baik ulkus maupun amputasi, memiliki dampak yang besar pada kualitas hidup penyandang diabetes yakni terbatasnya kebebasan bergerak, terisolasi secara sosial, dan menimbulkan stress psikologi.
1.         Kerusakan Saraf. Masalah pertama yang timbul adalah kerusakan saraf di tangan dan kaki. Saraf yang telah rusak membuat penyandang diabetes tidak dapat merasakan sensasi sakit, panas, atau dingin pada kaki dan tangan. Luka pada kaki dapat menjadi buruk karena penyandang diabetes tidak menyadari luka tersebut. Hilangnya sensasi rasa ini disebabkan kerusakan saraf yang disebut sebagai “neuropati diabetik”. Neuropati diabetik terjadi pada 50% penyandang diabetes. Gejala yang umum terjadi adalah rasa kebas (baal) dan kelemahan pada kaki. (Saraswati. 2009. hlm )
2.         Gangguan Pembuluh Darah. Masalah kedua adalah terjadinya gangguan pada pembuluh darah sehingga menyebabkan tidak cukupnya aliran darah ke kaki. Aliran darah yang buruk ini akan menyebabkan luka dan infeksi sukar sembuh. Ini disebut penyakit pembuluh darah perifer (pembuluh darah tepi) yang umum menyerang kaki dan tangan. Penyandang diabetes yang merokok akan semakin memperburuk aliran darahnya. (Saraswati. 2009. hlm )
3.         Infeksi. Penurunan sirkulasi darah pada daerah kaki akan menghambat proses penyembuhan luka, akibatnya kuman masuk ke dalam luka dan terjadi infeksi. Peningkatan gula darah akan menghambat kerja leukosit dalam mengatasi infeksi, luka menjadi ulkus gangrene dan terjadi perluasaan infeksi sampai ke tulang. Kaki yang mengalami ulkus gangren luas, sulit untuk diatasi dan konsekuensi yang lebih serius seperti amputasi (Tambunan&Gultom. 2009. hlm 322)
4.         Trauma. Luka timbul spontan sering disebabkan karena trauma misalnya kemasukan pasir, tertusuk duri, lecet akibat pemakaian sepatu/sandal yang sempit dan bahan yang keras. Mulanya hanya kecil, kemudian meluas dalam waktu yang tidak begitu lama. Luka akan menjadi borok dan menimbulkan bau yang disebut gas gangren. Ketika ujung kuku tumbuh ke dalam kulit dan menimbulkan tekanan yang dapat merobek kulit sehingga kulit bengkak kemerahan dan terinfeksi. Kuku kaki yang tumbuh ke dalam dapat terjadi jika memotong kuku sampai ke ujung, dapat pula disebabkan pemakaian sepatu yang terlalu ketat atau trauma kaki karena aktivitas seperti berlari dan aerobik. (Febiliawanti. 2010. hlm 8)

D.    Jenis-Jenis Masalah pada Kaki Diabetes
Terjadinya kaki diabetik tidak terlepas dari tingginya kadar gula (glukosa) darah pada penyandang diabetes. Tingginya kadar gula darah yang berkelanjutan dan dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan masalah pada kaki menyandang diabetes.
1.         Kalus. Ini adalah penebalan kulit yang umumnya terjadi di telapak kaki. Kalus disebabkan gesekan atau tekanan berulang pada daerah yang sama, distribusi berat tubuh yang tidak seimbang, sepatu yang tidak sesuai, atau kelainan kulit. Kalus dapat menjadi berkembang menjadi infeksi.













2.         Kulit Melepuh. Komplikasi ini bisa terjadi jika sepatu selalu menggesek kaki pada daerah yang sama. Penyebabnya adalah penggunaan sepatu yang kurang pas atau tanpa kaus kaki. Kulit melepuh dapat berkembang menjadi infeksi. Hal penting untuk menangani kulit melepuh adalah dengan tidak meletuskannya karena kulit melindungi lepuhan dari infeksi.






3.         Kuku kaki yang tumbuh kedalam. Terjadi ketika ujung kuku tumbuh ke dalam kulit dan menimbulkan tekanan yang dapat merobek kulit sehingga kulit menjadi kemerahan dan terinfeksi. Kuku kaki yang tumbuh ke dalam dapat terjadi jika memotong kuku sampai ke ujungnya, dapat pula disebabkan pemakaian sepatu yang terlalu ketat, atau trauma kaki karena aktivitas seperti berlari dan aerobik. Jika ujung kuku kaki kasar, gunakan kikir untuk meratakan.








4.         Pembengkakan Ibu Jari Kaki. Terjadi jika ibu jari kaki condong kearah jari di sebelahnya sehingga menimbulkan kemerahan, rasa sakit, dan infeksi. Dapat terjadi pada salahsatu atau kedua kaki karena penggunaan sepatu berhak tinggi dan ujung yang sempit. Pembengkakan yang menimbulkan rasa sakit dan deformitas (perubahan bentuk) kaki dapat diatasi dengan pembedahan.






5.         Plantar Warts. Kutil terlihat seperti kalus dengan titik hitam kecil dipusatnya. Dapat berkembang sendiri atau berkelompok. Timbulnya kutil disebabkan oleh virus yang menginfeksi lapisan luar telapak kaki.







6.         Jari Kaki Bengkok. Terjadi ketika otot kaki menjadi lemah. Kerusakan saraf karena diabetes dapat menyebabkan kelemahan ini. Otot yang lemah dapat menyebabkan tendon (jaringan yang menghubungkan otot dan tulang) di kaki memendek sehingga jari kaki menjadi bengkok. Akan menimbulkan masalah dalam berjalan dan kesulitan menemukan sepatu yang tepat. Dapat juga disebabkan pemakaian sepatu yang terlalu pendek.








7.         Kulit Kaki Kering dan Pecah. Dapat terjadi karena saraf pada kaki tidak mendapatkan pesan dari otak (karena netropati diabetik) untuk berkeringat yang akan menjaga kulit tetap lembut dan lembab. Kulit yang kering dapat pecah. Adanya pecahan pada kulit dapat dapat membuat kuman masuk dan menyebabkan infeksi. Dengan kadar gula darah yang tinggi, kuman akan mendapatkan makanan untuk berkembang sehingga memperburuk infeksi.








8.         Athlete’s Foot (Kaki Atlet). Disebabkan jamur yang menimbulkan rasa gatal, kemerahan, dan pecahnya kulit. Pecahnya kulit di antara jari kaki memungkinkan kuman masuk ke dalam kulit dan menimbulkan infeksi. Infeksi dapat meluas sampai ke kuku kaki sehingga membuat kuku tebal, kekuningan, dan sulit dipotong.







(Saraswati. 2009. hlm )

9.         Kaki Charcot. Suatu kondisi yang menggambarkan efek dari pelunakan tulang yang terjadi dalam kaki. Hal ini terjadi sebagai akibat dari neuropati atau kerusakan saraf ekstrim. Tulang menjadi terlalu lemah dan akhirnya menjadi mudah retak. Karena saraf telah menjadi terlalu rusak, rangsangan tidak lagi sedang dikirim seperti perasaan sakit. Selain, gerakan otot juga terhambat. Karena tidak ada yang dirasakan dalam wilayah karena kerusakan saraf, struktur tulang seluruh kaki mengalami stress dan trauma berulang kali.





(Markham. 2007. ¶1)

 

10.     Hammer Toe. Jari kaki yang tetap (kaku) dengan posisi memendek. Penyebab utama pada jari kaki palu adalah menggunakan sepatu yang menyakitkan selama bertahun -tahun. Karena jari kaki lebih panjang dari yang normal, pergeseran berlebihan bisa terjadi, kadangkala menimbulkan borok pada bagian atas jari kaki. (___. 2007. ¶2)













(Nita. 2008. ¶1)



E.     Patofisiologi Kaki Diabetes

Terjadinya masalah kaki diawali adanya hiperlikemia pada menyandang diabetes melitus yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik akan mengakibatkan berbagai  perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas. Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah rumitnya pengelolaan kaki diabetes. (Waspadji. 2006. hlm 1933)
Diabetes seringkali menyebabkan penyakit vaskular perifer yang menghambat sirkulasi darah. Dalam kondisi ini, terjadi penyempitan di sekitar arteri yang sering menyebabkan penurunan sirkulasi yang signifikan di bagian bawah tungkai dan kaki. Sirkulasi yang buruk ikut berperan terhadap timbulnya kaki diabetik dengan menurunkan jumlah oksigen dan nutrisi yang disuplai ke kulit maupun jaringan lain, sehingga menyebabkan luka sukar sembuh.
Angiopati diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik, metabolik dan faktor risiko yang lain. Kadar glukosa yang tinggi (hiperglikemia) ternyata mempunyai dampak negatif yang luas bukan hanya terhadap metabolisme karbohidrat, tetapi juga terhadap metabolisme protein dan lemak yang dapat menimbulkan pengapuran dan penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis), akibatnya terjadi gaangguan peredaran pembuluh darah besar dan kecil, yang mengakibatkan sirkulasi darah yang kurang baik, pemberian makanan dan oksigenasi kurang dan mudah terjadi penyumbatan aliran darah terutama daerah kaki.
Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau hilangnya kemampuan untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang menderita neuropati dapat berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan yang tidak disadari akibat adanya insensitivitas. Apabila cedera kecil ini tidak ditangani, maka akibatnya dapat terjadi komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan bahkan amputasi.
Sirkulasi yang buruk juga dapat menyebabkan pembengkakan dan kekeringan pada kaki. Pencegahan komplikasi pada kaki adalah lebih kritis pada pasien diabetik karena sirkulasi yang buruk merusak proses penyembuhan dan dapat menyebabkan ulkus, infeksi, dan kondisi serius pada kaki.
F.     Perawatan Kaki
Perawatan kaki merupakan upaya pencegahan primer terjadinya luka pada kaki diabetes. Tindakan yang harus dilakukan dalam perawatan kaki untuk mengetahui adanya kelainan kaki secara dini, memotong kuku yang benar, pemakaian alas kaki yang baik, menjaga kebersihan kaki dan senam kaki. Hal yang tidak boleh dilakukan mengatasi sendiri bila ada masalah pada kaki atau penggunaan alat-alat / benda. Pasien perlu mengetahui perawatan kaki diabetik dengan baik sehingga kejadian ulkus gangrene dan amputasi dapat dihindarkan (Tambunan&Gultom. 2009. hlm 327).
1.         Perawatan Kaki Sebelum Terjadi Luka :
a.    Lakukan pengecekan pada kedua kaki setiap hari dengan teliti. Jangan sampai ada bagian yag terlewatkan. Ada kalanya luka ada di tempat yang jarang diperhatikan seperti sela-sela antara jari kaki. Selain itu, penderita diabetes bisa saja tidak bisa merasakan rasa nyeri pada luka sampai terjadi infeksi.







b.    Cuci kaki dengan air hangat. Hindari penggunaan air panas. Penderita pun sebaiknya tidak merendam kakinya terlalu lama dan setelah kaki dibersihkan dengan air, harus langsung dikeringkan. Sela-sela jari kaki pun dikeringkan dengan hati-hati.







c.    Pastikan bahwa alas kaki yang digunakan sudah pas dengan ukuran kaki yang sebenarnya. Jika alas kaki terlalu kecil, kaki bisa saja terluka atau lecet karena  ketidakcocokan sepatu dengan kaki. Sebelum memakai atau membeli sepatu baru, pastikan untuk mengecek kondisi sepatu seperti bahannya, apakah ujungnya terlalu sempit, adakah bagian sepatu yang  tajam sehingga dapat menimbulkan luka. Untuk menghindari iritasi karena bahan kulit sepatu, gunakanlah kaus kaki untuk melindungi dari iritasi.






d.   Gunakan alas kaki setiap saat untuk menghindari terjadinya luka karena faktor lingkungan, seperti kerikil, serpihan kaca, luka bakar, dan sebagainya.








e.    Jangan merokok. Merokok hanya akan mengurangi aliran darah menuju kaki. Kaki dapat menjadi mati rasa jika tidak menerima aliran darah dan infeksi pun lebih sukar sembuh.







f.     Memakai sedikit lotion pelembab, jika kaki terasa kering sehingga kulit menjadi pecah.




g.    Jaga kebersihan pada kaki. Gunakan kaus kaki, sepatu, dan celana yang bersih dan kering setiap hari. Kotoran bisa membuat adanya gangguan jamur atau lainnya dan mendorong terjadinya infeksi.









h.    Lakukan olahraga atau aktivitas fisik yang ringan.








i.      Mengontol kadar gula darah, kolesterol dan tekanan darah.







(Atun. 2010. hlm 82-84 , Soegondo. 2006. hlm 27)


1)   Pemeriksaan kaki sehari-hari
Periksa bagian atas atau punggung, telapak, sisi-sisi kaki dan sela-sela jari. Untuk melihat telapak kaki, tekuk kaki menghadap muka (bila sulit gunakan cermin untuk melihat bagian bawah kaki atau minta bantuan orang lain) untuk memeriksa kaki :
a)        Periksa apakah ada kulit retak atau melepuh
b)        Periksa apakah ada luka dan tanda-tanda infeksi (bengkak, kemerahan, hangat, nyeri, darah, atau caiaran lain yang keluar dari luka, dan bau).

2)   Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a)        Gunakan sepatu atau sandal yang baik yang sesuai dengan ukuran dan enak untuk dipakai, dengan ruang dalam sepatu yang cukup untuk jari-jari. Pakailah kaus kaki yang pas dan bersih terbuat dari bahan mengandung katun. Syarat sepatu yang baik untuk kaki diabetik :
                                                              i.      Ukuran                        : sepatu lebih dalam
                                                            ii.      Panjang           : ½ inchi lebih panjang dari jari-jari kaki terpanjang saat                                  berdiri (sesuai cetakan kaki).
                                                          iii.      Bentuk                        : ujung sepatu lebar (sesuai lebar jari-jari kaki).
                                                          iv.      Tinggi tumit sepatu kurang dari 2 inchi.
                                                            v.      Bagian dalam bawah sepatu (insole) tidak kasar dan licin, terbuat dari 
 bahan busa karet, plastik dengan tebal 10-12 mm.
                                                          vi.                    Ruang dalam sepatu longgar, lebar sesuai bentuk kaki.
b)        Periksa sepatu sebelum dipakai, apakah ada kerikil, benda-benda tajam seperti jarum dan duri. Lepas sepatu setiap 4-6.jam serta gerakkan pergelangan dan jari-jari kaki agar sirkulasi darah tetap baik terutama pada pemakaian sepatu baru.
c)        Bila menggunakan sepatu baru, lepaskan sepatu setiap 2 jam kemudian periksa keadaan kaki.
d)       Bila ada luka kecil, obati luka dan tutup dengan pembalut bersih. Periksa apakah ada tanda-tanda peradangan dan segera ke dokter apabila kaki mengalami luka.
       (Tambunan&Gultom. 2009. hlm 325)

2.         Perawatan Kaki Sesudah Terjadi Luka :
Penatalaksanaan ulkus diabetik dilakukan secara komprehensif melalui upaya; mengatasi penyakit komorbid, menghilangkan/mengurangi tekanan beban (offloading), menjaga luka agar selalu lembab (moist), penanganan infeksi, debridemen, revaskularisasi dan tindakan bedah elektif, profilaktik, kuratif atau emergensi.
a.        Debridemen
Tindakan debridemen merupakan salah satu terapi penting pada kasus ulkus diabetika. Debridemen dapat didefinisikan sebagai upaya pembersihkan benda asing dan jaringan nekrotik pada  luka. Luka tidak akan sembuh apabila masih didapatkan jaringan nekrotik, debris, calus, fistula / rongga yang memungkinkan kuman berkembang. Setelah dilakukan debridemen luka harus diirigasi dengan larutan garam fisiologis atau pembersih lain dan dilakukan dressing (kompres).

b.        Mengurangi beban tekanan (off loading)
Pada saat seseorang berjalan maka kaki mendapatkan beban yang besar. Pada penderita DM yang mengalami neuropati permukaan plantar kaki mudah mengalami luka atau luka menjadi sulit sembuh akibat tekanan beban tubuh maupun iritasi kronis sepatu yang digunakan.
Salah satu hal yang sangat penting namun sampai kini tidak mendapatkan perhatian dalam perawatan kaki diabetik adalah mengurangi atau menghilangkan beban pada kaki (off loading).
Upaya off loading berdasarkan penelitian terbukti dapat mempercepat kesembuhan ulkus. Metode off loading yang sering digunakan adalah: mengurangi kecepatan saat berjalan kaki, istirahat (bed rest), kursi roda, alas kaki, removable cast walker, total contact cast, walker, sepatu boot ambulatory.
TCC dirancang mengikuti bentuk kaki dan tungkai, dan dirancang agar tekanan plantar kaki terdistribusi secara merata. Telapak kaki bagian tengah diganjal dengan karet sehingga memberikan permukaan rata dengan telapak kaki sisi depan dan belakang (tumit).

c.         Tehnik Dressing pada luka Diabetikum
Tehnik dressing pada  luka diabetes yang terkini menekankan metode moist wound healing atau menjaga agar luka dalam keadaan lembab. Luka akan menjadi cepat sembuh apabila eksudat dapat dikontrol, menjaga agar luka dalam keadaan lembab, luka tidak lengket dengan bahan kompres, terhindar dari infeksi dan permeabel terhadap gas. Tindakan dressing merupakan salah satu komponen penting dalam mempercepat penyembuhan lesi. Prinsip dressing adalah bagaimana menciptakan suasana dalam keadaan lembab sehingga dapat meminimalisasi trauma dan risiko operasi. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih dressing yang akan digunakan, yaitu tipe ulkus, ada atau tidaknya eksudat, ada
tidaknya infeksi, kondisi kulit sekitar.

d.        Pengendalian Infeksi
Pemberian antibitoka didasarkan pada hasil kultur kuman. Namun sebelum hasil kultur dan sensitifitas kuman tersedia antibiotika harus segera diberikan secara empiris pada kaki diabetik yang terinfeksi. Antibiotika yang disarankan pada kaki diabetik terinfeksi.
1)             Pada ulkus diabetika ringan/sedang antibiotika yang diberikan di fokuskan pada patogen gram positif.
2)             Pada ulkus terinfeksi yang berat (limb or life threatening infection) kuman lebih bersifat polimikrobial (mencakup bakteri gram positif berbentuk coccus, gram negatif berbentuk batang, dan bakteri anaerob) antibiotika harus bersifat broadspectrum, diberikan secara injeksi. Pada infeksi berat yang bersifat limb threatening infection dapat diberikan beberapa alternatif antibiotika seperti:
a)        ampicillin/sulbactam,
b)        ticarcillin/clavulanate,
c)        piperacillin/tazobactam,
d)        Cefotaxime/ceftazidime + clindamycin,
e)        fluoroquinolone + clindamycin.
Sementara pada infeksi berat yang bersifat life threatening infection dapat diberikan beberapa alternatif antibiotika seperti berikut:
a)        ampicillin /sulbactam + aztreonam,
b)        piperacillin/tazobactam + vancomycin,
c)        vancomycin + metronbidazole + ceftazidime,
d)        imipenem/cilastatin/fluoroquinolone+vancomycin + metronidazole.  
Pada infeksi berat pemberian antibitoika diberikan selama 2 minggu atau lebih.
(Wijonarko. ___. hlm 9-12)


  1. Senam Kaki Diabetes :
Kaki diabetes yang mengalami gangguan sirkulasi darah dan neuropati dianjurkan untuk melakukan latihan senam kaki sesuai dengan kondisi dan kemampuan tubuh.
1.         Tujuan
a. Memperbaiki sirkulasi darah
b. Memperkuat otot-otot kecil
c. Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki
d. Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha
e. Mengatasi keterbatasan gerak sendi


2.         Langkah-langkah Senam Kaki :
a.     Posisikan pasien duduk tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh lantai




b.    Dengan meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan keatas        lalu dibengkokkan kembali kebawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali



c.    Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki diangkatkan ke atas. Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki kiri dan kanan secara bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.



d.    Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat          gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.





e.      Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan memutar           dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.



f.     Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari kedepan turunkan       kembali secara bergantian kekiri dan ke kanan. Ulangi sebanyak 10 kali.








g.    Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan gerakkan ujung jari kaki kearah wajah lalu turunkan kembali kelantai. Ulangi sebanyak 10 kali.






h.    Angkat kedua kaki dan luruskan, pertahankan posisi tersebut. Gerakan       pergelangan kaki kedepan dan kebelakang. Ulangi sebanyak 10 kali.
i.      Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki, tuliskan     pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 9  lakukan secara bergantian.
j.      Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti bola dengan       kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran seperti semula         menggunakan kedua belah kaki. Cara ini dilakukan hanya sekali saja
1)      Lalu robek koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagian koran.
2)      Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki
3)      Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki lalu letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh.
4)      Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola







(Atun. 2010. hlm,   Kamariyahs. 2011. hlm 1-2)
DAFTAR PUSTAKA
M, Atun. 2010. Diabetes Melitus. Bantul : Kreasi Wacana.
Riyanto, Budi. 2007. Diabetes Melitus Ditinjau dari Berbagai Aspek Penyakit Dalam. Semarang: Universitas Diponegoro.
Saraswati, Sylvia. 2009. Diet Sehat. Jogjakarta: A+Plus Books.
Soegondo, Sidartawan, et al. 2006. Konsesus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: Perkumpulan  Endokrinologi  Indonesia.
Tambunan, Monalisa & Gultom, Yunizar . 2009. Penatalaksaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Kedokteran.
Tjahjadi, Vicynthia. 2002. Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent Killer Diabetes. Semarang: Pustaka Widyawa.
Waspadji, Sarwono. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 3, Edisi 4. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
___. 2007. Hammer Toe : Jari Kaki Palu. http://medicastore.com. Accessed 04 October 2010.
Febiliawanti, Intan Airlina. 2010. Rawat Kaki, Hindari Luka Seputar Indonesia. http://www.ilunifk83.com. Accessed 04 October 2010.
Kamariyahs, Nurul. 2009. Waspada Terhadap Peningkatan dan Penurunan Gula Darah Pada      Keluarga Kencing Manis (DM).  http://www.scribd.com. Accessed  11/12/2011

Markham. 2007. Charcot Foot Is A Disorder Kaki Serius. http://orthoworks.ca/id Accessed 04      October 2010.

Nita. 2008. Waspadai Komplikasi Kaki Diabetik. http://medicastore.com. Accessed 04       October 2010.

Wijonarko. ___. Tehnik Dressing pada Ulcus Kaki Diabetikum. www.fik.ui.ac.id. Accessed 04     October 2010.